Enjoy

Enjoy

Welcome to YoeL's Blog

Thank you for visiting my blog. Hopefully my writing will be a blessing for you. ^^

Monday, March 25, 2013

Sensasi Rumah Tahanan


Bermula dari kebutuhan perut dan tanpa direncanakan mau apa dan dimana. Menyusuri jalan, lihat ke kiri dan ke kanan. Tampak sebuah spanduk dengan tulisan menggunakan kosa kata bahasa khek bila saya tidak salah. Beberapa kata saya mengerti, beberapa tidak. Dengan modal merasa isi spanduk lucu ditambah bumbu penasaran, maka saya menyarankan teman makan di tempat itu saja.
Se kiak artinya bocah. Mo yong, tak guna. Mei kuan sih, tidak masalah. Mo li jiu, tidak masuk akal. Bo tahan, tidak tahan. Sao het, terbakar habis. Lihai, dahsyat. Sen cin ping, gila. Bo huat, tak berdaya. Auban, keras kepala. Amsyong, babak belur. ^__^

Sebelum melangkah masuk ada pintu seperti jeruji. Kemudian disambut pramusaji dengan seragam garis hitam putih bak narapidana. Ya, konsep restaurant ini penjara. Dinding dengan desain kota tua serta batu bata berwarna abu-abu dibubuhi beberapa tulisan layaknya penjara. “The happiest prisoner on earth,” salah satunya. Bisa jadi ini kutipan yang menjadi tagline restaurant ini. Memang saya akui pelayanan yang diberikan baik dan memuaskan. Bukan sembarang penjara! =)

Menu Bong Kopitown ini disajikan seperti dan terbuat dari bahan koran, dengan judul “Old Town Post.” Selain tampilan menu makanan dan minuman, ada juga kisah-kisah fiksi di dalamnya. Karena unik, proses memesan makanan pun agak lama. Tamu seolah digiring untuk memperhatikan isi menu. Dan akhirnya saya baru sadar bahwa ini adalah restaurant milik motivator muda ternama di Indonesia yaitu Bong Chandra.

Saat minuman diantarkan ke meja, saya cukup antusias. Mengapa? Bukan karena sedang dahaga, tetapi minuman yang saya pesan disajikan dalam gelas stainless yang digunakan orang-orang zaman dulu. Selain itu menu pesanan teman saya pun disajikan dalam piring stainless.

Teh dan asapnya
Deborah bersama nasi penjara

Grandma Chicken Pitan Porridge
Siomay

Seusai makan, tagihan kami pun diberikan dalam bill cover yang begitu sederhana. Terbuat dari semacam kertas karton. Harga menu restaurant ini terjangkau, berkisar antara ribuan hingga empat puluh ribuan. Namun untuk rasa, bagi saya standard sekali. Siomaynya kurang enak. Sayang sekali suasana dan pelayanan sudah mendukung, ditambah dengan perkakas makan yang unik namun rasanya kurang memuaskan. Alangkah baiknya apabila suasana, pelayanan dan rasa terpaket menjadi satu pengalaman yang sempurna.

-YoeL-

Monday, March 18, 2013

meNYEPI


Bagi pekerja kantoran, selain hari akhir pekan maka tanggal merah adalah SESUATU. Tak mau kehilangan kesempatan untuk menyegarkan jiwa dan raga dari kepenatan rutinitas, maka tanggal 12 Maret 2013 kami “merayakan” tanggal merah nyepi. Ide muncul dua hari sebelumnya. Teman dekat saya bernama Deborah yang kerap kali kami panggil dengan sebutan “Aboiiii” ingin berlibur ke Bogor. Di tengah perjalanan di sebuah mall seusai menonton film dengan alur cerita yang ga jelas (korban penipuan synopsis dan actor Brad Pitt, so ga selamanya aktor film oke = film bagus, camkan itu saudara-saudara! =D), saya teringat seorang teman yang berdomisili di Bogor. Tik ketak ketik chat di BBM, alhasil memperoleh satu nama tempat wisata yaitu “Curug Cilember”. Sepulangnya dari mall, kami langsung melakukan technical meeting, alias wawancara si embah Google.

Meski tanggal 11 Maret adalah Senin, hari kejepit dan tetep kudu masuk kerja, karena besoknya mau jalan-jalan, jadi agak sedikit bersemangat kerja deh..hehehee.. Pulang kerja coba nyari sandal gunung di mall Citraland tapi ga berhasil (derita kaki ukuran mini). Mau ga mau pake sepatu sport, nyari di rumah ga ketemu karena abis dipindah-pindahin bekas banjir beberapa bulan lalu. Senjata terakhir pinjem sama nona Aboi.

Selasa pagi, 03.30 saya sudah bangun. Siap-siap dan sarapan indomie goreng lalu berangkat ke rumah Irene, tempat kami berkumpul. Dari sana kami (Irene, Aboi, Acay, Edwin dan saya) naik taksi ke Stasiun Kota (DHI-Stasiun Kota = Rp 30.000, karena minimum payment by call, argonya sejatinya Rp 26.000). Cuk kucluk kucluk hampiri loket beli 5 tiket KA Commuter Line Rp 9.000/tiket. Jadwal keberangkatan seharusnya yaitu pukul 06.02 tapi kenyataannya kami berangkat pukul 07.26 karena kereta tujuan Bogor ga dateng2, yang dateng tujuan Depok terusss! Ditambah petugas yang salah informasi dan tidak sinkronnya petugas PAP dan security dalam KA sehingga membuat penumpang ragu-ragu antara naik atau turun. Grrr….! Sabar, sabar.. mau jalan-jalan ga boleh bĂȘte-bete. =D

Lamanya di kereta dari Jakarta Kota – Bogor sekitar 1 jam 15 menit. Kami tiba di Bogor hampir pukul 09.00. Rencananya mau naik dan oper angkot dua kali dilanjuti dengan ngojek, tapi karena si bapak angkot mau “menculik” kami dengan mencater angkotnya dan hasil tawar-menawar dengan Pak Ujip maka dengan harga Rp 105.000 kami diantar sampai depan pintu masuk Curug Cilember. Pak Ujip juga menawarkan untuk menjemput pulang nanti. Karena belum pasti maka kami belum mengiyakan dan hanya meminta nomor teleponnya saja.

Dari stasiun Bogor sampai Curug Cilember melahap waktu sekitar satu jam lebih. Karena tidak macet, sekitar pukul 10.30 kami sudah tiba. Perut pun sudah keroncongan minta diperhatikan. Di depan pintu masuk, ada beberapa kedai makanan. Jadi bagi yang mau ke Curug, bisa mencharge kalori dulu buat trekking. Nyam nyam nyam,, nasi + teri kacang + ikan tongkol + kentang balado = Rp 16.000 ^-^

Tiket masuk Rp 13.000/orang. Di dalam tersedia juga permainan flying fox, yang mau maen biayanya Rp. 20.000/orang. Tapi kita ga maen sihhh, cuma liatin anak kecil aja. Di sana juga ada Taman Nasional Kupu-Kupu, biayanya Rp 6.000/orang untuk WNI, dan Rp. “lupa” untuk WNA (kalo ga salah inget 20rb).

Dari pintu depan ke Curug 7 lamanya sekitar 15 menit. Jadi begini, di Curug Cilember itu ada yang namanya Curug 7 sampai Curug 1. Curug 7 yang terendah dan Curug 1 yang tertinggi. Semakin tinggi, medan trekkingnya juga semakin sulit. Di Curug 7 terlalu padat wisatawannya. Kami hanya main sebentar dan mengambil foto.
Curug 7
Dilanjutkan ke Curug 5, karena Curug 6 tidak bisa dilewati (hasil googling dan memang pas disana signage-nya mengarahkan wisatawan ke curug 5). Dari Curug 7 ke Curug 5 juga sekitar 15 menit. Disini tidak sepadat Curug 7, agak mendingan sedikit.
Curug 5
Nah dekat curug 5 ini ada warung. Yah nona Aboiii kelaperan lagi, dia makan pop mie dan sebagai teman yang baik gue temenin dia makan deh (boonk dehhh, padahal ngiler and laper mata aja sebenernya, hahahaaaa). Pop mie = Rp 7.000
Ini warungnya...
Perjalanan pun dilanjutkan ke Curug 4. Makin naik medannya makin susah, engos-engosannn booo! Dan semakin naik akhirnya bukan tiba di Curug 4 tapi di Curug 2. Capeknya bukan main, tapi semuanya itu terbayar lunas, tunai dan sah di tempat begitu ngeliat air terjunnya, ngerasain angin dan air. Dinginnya sampe tangan kami tampak seperti kulit ayam karena menggigil kedinginan. Karena udah susah payah sampe sana dan mau ngerasain fantasi di bawah air terjun langsung, saya bela-belain copotin softlen dan menuju ke bawah air terjun. Wowww.. disana kita ga bisa buka mata dan ngeliat ke depan, cuma bisa nunduk dan membiarkan debit air terjun menghantam tubuh kita, agak sakit sihhh, tapi seruuu bangetttttttt! ^____^
Curug 2

Selesai bermain agak lama disana (dibandingkan di Curug 7 dan 5 karena Curug 2 cenderung lebih sedikit wisatawannya dan lebih indah), kami turun kembali ke Curug 5. Perjalanan turun lebih sulit dan mengerikan daripada naik. Karena lahan yang curam dan licin, kalo ga hati-hati bisa terpeleset dan ngeguling ke bawah. Ini beneran kaga lebay. Karena ada satu cewe hampir aja jatuh dan untungnya ada temannya yang menopang cewe itu. Kalo ga mungkin dia udah jatuh kepalanya kena batu di bawah dan ngeguling ke bawah. Serem abis ngeliat adegan itu. Abis itu jadi lebih hati-hati lagi pas turun, menapaki tanah dengan benar dan pastiin kalo ga licin. Hampir sudah mau sampai, langit tampak gelap sekali. Dan gak lama kami tiba di pos warung dekat Curug 5, byarrrrrrrrr.. hujan turun. Banyak orang berteduh di warung itu dan pesen indomie sampe ngantri-ngantri. Saat itu hujan menjadi berkah pemasukan bagi pengelola warung, tapi menjadi kesulitan bagi wisatawan yang tengah turun dari Curug 2 ke 5. Bayangkan saja kalo ga hujan aja uda licin apalagi ditambah hujan. Bersyukur banget kita tiba sesaat sebelum hujan turun.

Sembari menunggu hujan reda, pesan indomie juga deh akhirnya. Dan o yeahhh, hari ini udah makan mie instan 3x dalam sehari. Gak mau makan mie lagi untuk jangka waktu 1-2 minggu ke depan. Di sana bertemu dengan temannya Edwin dan akhirnya kami ikut mobil temannya alias nebeng sampe stasiun Bogor. Cuk kucluk kucluk ke loket beli tiket dan lihat jadwal kereta.

Berhubung masih ada waktu, dipake untuk kuliner di Bogor. Kita naik angkot Rp. 2.000/orang ke rumah makan Soto Mie Bogor. Karena masih kenyang jadinya ga makan lagi, cuma teman-teman aja yang kuliner. Kembali ke stasiun bogor lagi naik angkot dan ini memakan waktu sekitar 2 jam karena macet  parah. Angkot dari yang ada penumpang lain sampe tinggal kita berlima, serasa angkot pribadi. Foto-foto pula sampe diliatin pengendara motor.. hahaha.. 
like a boss! ^^
Sampe di stasiun pas sekali dengan keberangkatan kereta ke Manggarai yaitu jam 8 malam. Jadinya kami naik meski tujuan kami adalah Jakarta Kota. Kalau harus menunggu lagi tujuan langsung Bogor-Jakarta Kota yang mana jam 9 malam, harus menunggu lagi satu jam. Transit di Manggarai dan menunggu kereta yang ke arah Kota, ga terlalu lama untungnya. Dari Kota naik taksi lagi ke DHI, rumah Irene.. dan abang taksinya ga mau pake argo melainkan borongan dan malah dikasih harga murah, ga biasanya. Kami di-charge Rp 20.000 saja.

Sesampainya di rumah Irene, saya berpikir betapa perjalanan kali ini disertai banget sama Tuhan.
Pertama, waktu turun ke Curug 5 gak kehujanan dan selamat meski susah dan licin.
liat tuh medannya x_x
Kedua, dari total pengeluaran yang relatif murah, bayangkan kami seorang hanya terkena Rp. 66.000/orang exclude makan. Perjalanan kami kali ini ada bendaharanya lho, yang dijabat oleh nona Aboi. Jadi kami mengeluarkan Rp 100.000/orang di awal yang uangnya akan dipakai untuk segala keperluan yang sifatnya bersama yaitu bayar taksi, tiket, angkutan. Hanya makan saja kami memakai uang pribadi sendiri.
Ketiga, bertemu jemaat gereja cabang yang bersedia nganterin kita sampe stasiun Bogor, kalau gak kita kudu cari cara gimana turun ke Bogor. Karena dari Curug Cilember ke bawah tempat bisa naik angkot atau kendaraan umum cukup jauh. Juga medan yang sulit ditempuh tapi kami tidak kekurangan suatu apa pun, selamat sehat sentosa sampai di Jakarta. Cuma lutut aja yang ngilu-ngilu. Sesampainya di rumah dan habis mandi langsung pake krim counterpain and it really really counter my pain away ^0^ besokannya lutut udah biasa-biasa aja dan badan juga ga capek sedikit pun. Ajaib dan heran, tapi bersyukur banget banget banget.

We are young!!! ^o^
Last, but not least.. 
Good trip with good friends through His blessing along the way. 
Thanks, Lord! =)

-YoeL-