Enjoy

Enjoy

Welcome to YoeL's Blog

Thank you for visiting my blog. Hopefully my writing will be a blessing for you. ^^

Friday, June 10, 2011

Sweet and Bitter

Semalam seorang teman menanyakan di YM "Yw, kok uda ga ngeblog lg?" Sorry yah yang tanya, semalam sudah tidur dan belom dibales. ^^ Sebagai jawabannya, nih diupdate deh blognya. Yah, karena cukup sibuk dan pusing mengerjakan proyek akhir kuliah, tak ada mood menulis dan berbagi cerita di blog. hohoho.. =)

Siang ini saya direkomendasikan sahabat saya (Deborah Oei) sebuah video yang sangat indah. Beberapa hari yang lalu, saya juga melihat sebuah video yang membuat saya bertanya-tanya di dalam hati. Bukan hanya itu saja, keesokkan hari setelah saya menonton video itu, seorang teman bercerita dan menanyakan pendapat tentang masalah relationshipnya. Saya langsung teringat dengan video itu. Fyuhhh..!

Hmm, kali ini saya hanya ingin berbagi dua buah video tersebut yang berbeda suasana namun satu tema. Karena ingin menyimpan link kedua video ini, saya post lewat blog saja, karena yang satu judulnya memakai tulisan Arab, susah booo, kalau kapan-kapan mau buka lagi. ^^

Untuk sahabat-sahabatku, teman-teman dan handai taulan, silahkan menonton kedua video ini. =)

The sweet one:


The bitter one:


C kubik. Cinta Cenat-Cenut. =p

Love is such as a coin;
it takes two part to be one.

There are sweet memories;
there are bitter memories.

Friday, May 27, 2011

Ai

Small,
but strong...

Let me be!
Let us be!

Sunday, May 8, 2011

Solace

(In the midst of my sorrow)

XXX doakan kamu ya. kita berdoa malam ini ya,

Betul sekali Yuli, kita dalam hidup ini memang mengalami banyak tantangan, masalah, dalam hal apapun.

..., dan walau berat tapi Tuhan menghibur. XXX doakan supaya Yuli berserah dan bersandar penuh pada tangan Tuhan yg SETIA.

(Paulus bilang spt ini: "..Dia bukanlah Gembala Agung yg tak pernah merasakan penderitaan kita, Dia telah merasakan dan menanggung segala derita selama di dunia, Dia tahu penderitaan kita dan menurut XXX Tuhan tahu persis apa yang Yuli rasakan saat ini).

XXX harap Yuli tegar, dan berani MELANGKAH dan BANGKIT ya..,

XXX doakan pastinya.

Tuhan menyertaimu Yuli, ingat itu..
Di kala berat yg Yuli rasakan, dan kuatir.., jangan lupa Getsemani dimana TUhan pernah 'bergumul' sangat gentar dan berat. DIa yg sama juga akan memberi Kekuatan serta Penghiburan yg SEJATI pada Yuli.

XXX yakin itu.

Makasih Yuli dukungannya selama ini. sangat berarti buat XXX.

kamu HARUS semangat ya!

Thanks...

Saturday, March 12, 2011

Story of My Journey

Dua hari ini saya bersama dengan dosen saya yaitu Pak Budi dan ditemani kedua teman dekat saya yaitu Alfin dan William mengunjungi Pulau Seribu untuk keperluan survey proyek karya akhir studi saya (SKB/Studi Kelayakan Bisnis). Sebelumnya saya perkenalkan terlebih dahulu. Pak Budi adalah dosen yang saya kagumi oleh karena kepeduliannya terhadap lingkungan. Beliau merupakan orang yang membuat saya melek akan betapa pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Beliau memiliki hati yang penolong, tidak egois dan hidupnya bukan untuk memperkaya dirinya sendiri melainkan untuk memperkaya hidup orang lain dan inilah arti kaya yang sesungguhnya. Saya angkat topi untuk hati seorang Pak Budi. Bersyukur saya mengenalnya, pernah diajar olehnya satu semester dan kini Beliau bersedia membimbing proyek akhir saya atas permintaan saya secara pribadi kepadanya. Nah, mengenai A&W alias Alfin dan William, mereka berdua adalah dua orang teman yang care dengan saya sekaligus dua orang teman yang paling sering membuli-buli saya. :)
*Tuhan, ampunilah mereka karena mereka tak tahu apa yang mereka perbuat :D

Tulisan ini akan tampak tidak nyambung antar paragrafnya, karena saya hanya ingin berbagi cerita yang berkesan di hatiku.
And here is the story, enjoy.. :)

Di sana kegiatan utama saya yaitu melakukan brainstorming dengan Pak Budi dan mewawancarai Pak Untung selaku pengelola villa Delima di Pulau Pramuka. Selain itu kami mengunjungi Pulau Air, Pulau Semak Daun, tambak ikan, makan bersama di Nusa Resto (sambil menonton berita gempa tsunami di Jepang), dan sisanya kami habiskan dengan berbincang-bincang, dari membicarakan hal yang serius sampai guyonan.

Sesaat sebelum brainstorming, Pak Budi mengambil foto orang-orang yang kerja di pelabuhan pada siang hari. Lalu ia menunjukkannya pada saya dan mengatakan bahwa ia sangat menyukai foto yang demikian. Katanya foto tersebut memprotetkan manusia yang melakukan kerja yang sesungguhnya. Mengapa? Karena mereka murni bekerja benar-benar demi bisa makan dan bertahan hidup. Kagum. Terharu. Itu yang saya rasakan ketika melihat foto tsb dan mendengarkan penjelasan Pak Budi.
Kemudian di tengah pembicaraan tentang ekowisata, saya bertanya sambil tersenyum =) , "Pak, Bapak koq bisa optimis sih kalo apa yang Bapak lakukan itu akan berdampak, meski hasilnya itu ga akan terlihat langsung dan sebenarnya butuh dikerjakan secara massal, memang sih ada semboyan yang bilang 'kalo bukan kita, siapa lagi'?" Sebelum saya menyelesaikan pertanyaan tersebut, Beliau sudah menjawab terlebih dahulu, katanya "Optimis!" Saya sangat salut dengan dosen saya yang satu ini. Terlalu panjang untuk diceritakan hal-hal dari dirinya yang membuat saya kagum pada Beliau. :)

Jam menunjukkan pukul 01.00 pagi. Kruyuk kruyuk. Perut teman saya lapar. Kami pun pergi mencari tempat apapun yang masih menjual makanan. Tibalah kami di sebuah warung dan A&W pun makan indomie goreng. *mau di rumah, mau ke luar kota, mau ke luar negri, mau ke pulau, selalu indomie menjadi sahabat di kala luafaaarr.. dan apapun makanannya minumnya teh botol sosro yhaa... :p (jasjus dehhh... :D) Ketika hendak kembali ke penginapan, kami melihat ada yang memancing dan mendapatkan cumi. Kami pun berhenti sejenak. Saat itu saya menatap ke langit. Bulan sabit. Bintang-bintang. Oh, indahnya... Senang rasanya melihat bintang. Jarang-jarang saya bisa melihat bintang di kota Jakarta.
~Bila ku lihat bintang gemerlapan dan bunyi guruh riuh ku dengar, ya Tuhanku tak putus aku heran, melihat ciptaan-Mu yang besar, maka jiwaku pun memuji-Mu, sungguh besar Kau Allah-ku, maka jiwaku pun memuji-Mu, sungguh besar Kau Allah-ku~

Di suatu pagi yang sejuk, di bawah pepohonan yang rindang, kami sarapan dan berbincang-bincang. Saya mencatat beberapa hal dari perkataannya di MemoPad telepon genggam saya karena takut lupa. Ketika membicarakan tentang petani di pedalaman yang makan dari alam dan penghasilan sebulan hanya 80 ribu rupiah dan masalah kemiskinan yang terjadi, tiba-tiba Pak Budi mengeluarkan sebuah peribahasa, "Dimana ada ketidaksuburan, di sana ada kesuburan." Saya kurang mengerti dan Beliau menjelaskan, katanya di tanah yang kering sekalipun, di dalamnya terdapat mineral. Beliau memberi contoh bahwa di daerah Banten Selatan dari Halimun, gunung pongkor ke Barat sampai Cibaliung, di dalam kawasan tandus ini terdapat emas. Yang saya tangkap, poin yang Beliau mau sampaikan adalah bahwa tidak ada yang tidak bisa digali dan tidak bisa dikembangkan, bahkan dari 'area' yang kita lihat sulit untuk dilaksanakan atau mungkin mustahil. *CMIIW, Pak.. :)* Pak Budi juga berkata bahwa dalam 100-200 tahun ke depan, Indonesia tidak akan habis, meski banyak koruptor, yang penting kita harus working hard, pelihara hati nurani, dan jangan punya keinginan hanya untuk memperkaya diri sendiri.

Ketika saya membaca sebuah kalimat dalam buku yang dikeluarkan oleh Terangi, "A little help from everyone goes a long way," saya berkata pada Pak Budi, "Kalimat ini Bapak banget nih... =) "

Kemudian, ketika berbicara mengenai diving, saya sempat berpikir bahwa Tuhan menciptakan manusia begitu ajaib. Manusia hidup di darat. Manusia dapat menyelam ke dalam laut. Manusia bisa berada di ruang hampa udara. Ajaib memang karya-Nya. Kita memang ciptaan-Nya yang terindah.

Saat hendak pulang, ternyata ada masalah dengan transportasi yang mau kami naiki sehingga kami harus naik perahu speedboat. Ahhhhh senang sekali rasanya ketika duduk di atas speedboat dan menikmati pemandangan laut dengan hembusan angin yang begitu kencangnya. Ini pertama kalinya saya naik speedboat. What a beautiful scenery! Will be an unforgettable moment for me. Thanks God for this opportunity.

Last, but not least, a lot of thanks from the deepest of my heart to:
My Great God, Jesus Christ. Thanks, Lord.
Mr. Budi
Mr. Untung
Tuan Muda Alfin :p
Mr. Kutilang :p

Monday, January 24, 2011

Make Me As A Frog

Lord,
Have Your mercy on me
Bring me forgetting those things which are behind
And reaching forward to those things which are ahead

Kyrie eleison, Christe eleison

Friday, January 21, 2011

Napak Tilas

Hari ini saya bersama dengan teman satu sekolah dari TK sampai dengan SMP mengunjungi sekolah kami. Namanya juga sama dengan saya lho, Yuliana namanya. ☺. Sebelumnya kami dari salon dan creambath bersama. Hobi kami pun sama.

Selanjutnya, ikutilah tapak tilas kami berdua.

Begitu memasuki gerbang sekolah, yang kami jumpai di tempat koperasi adalah Mas Yudi. Dia adalah pejaga sekolah kami. 30 tahun lebih sudah dia bekerja di sana, bahkan saya pun belum lahir saat itu. Salut dengan kesetiaannya.

Setelah itu kami mengintip ruang les, di sana ada Pak Wira (guru Fisaka SMP kami) dan seperti biasa Beliau bercanda dan pura-pura tidak mengenal kami. Di sebelah ruang les itu adalah kantin dimana kami mengisi perut di sela-sela waktu istirahat. Tadinya kami mau makan nasi ayam di sana karena sudah sangat merindukan makanan tersebut, namun amat disayangkan sudah habis.

Selanjutnya kami berjalan menuju kelas terpojok di lantai 1, ruang kelas TK. Kami menjumpai guru TK kami, Ibu Sri namanya. Beliau masih ingat dengan kami lho. Katanya kami dulu yang kecil-kecil itu (dan memang sampai sekarang juga masih kecil badannya, hohoho). Beliau juga bilang kalau kami dulu itu anak-anak yang baik dan pintar (duh, jadi malu ^^). Katanya anak kecil zaman sekarang lebih sulit diajar dan tidak sepintar anak zaman dulu, padahal kalau kita lihat anak-anak kecil zaman sekarang pintar-pintar dan lebih ekspresif daripada kita dulu. Saya salut dengan pengabdian Ibu Sri sebagai guru yang telah mengajar 20 tahunan lebih. Menurut saya, mengajar seorang anak kecil tidaklah mudah dan sangat butuh kesabaran.

Selesai bercengkerama dengan Ibu Sri, kami memasuki ruang kantor guru SD. Di sana kami bertemu dengan Ibu Ani, Pak Marino, Ibu Hariati, dan Ibu Endang. Kami pun berjabat tangan dengan mereka satu per satu. Ibu Ani adalah guru TK kami, namun kini dia mengajar tingkat SD. Pak Marino adalah guru SD kelas 3 kami, dan saat berjabat tangan dengannya saya bertanya apakah Beliau masih sering menghukum dengan menggetok pulpen ke jari murid dan seisi ruang itu tertawa karena saya masih mengingat hal tersebut (tapi bukan karena saya sering dihukum lho, saya ini termasuk murid yang jarang dihukum, hehehehe, kadang penasaran juga sih rasa sakitnya seperti apa). Ibu Hariati, Beliau adalah guru SD kelas 1, cukup terkenal galak, hehe. Saya bersyukur sekali Ibu Hariati ini masih mengajar. Beliau kelahiran 1938 dan masih mengajar dengan fisik yang begitu sehat walafiat. Ibu Endang, Beliau adalah staff bagian Tata Usaha bagian TK dan SD.

Ada satu guru yang sangat ingin kami jumpai. Beliau adalah guru kesayangan kami, karena dia lembut, dia baik, dan kami diajar olehnya selama 2 tahun. Beliau adalah Ibu Yuni Lestari, wali kelas kami saat SD kelas 4 dan 5. Dahulu sewaktu sekolah, kami selalu merayakan ulang tahunnya yang bertepatan dengan ulang tahun kota Jakarta. Kami menunggu di depan kelas sambil berfoto-foto karena Beliau masih mengajar. Lonceng berbunyi tanda kelas telah usai (kangen juga lho dengan bunyi lonceng itu, sudah lama banget tak mendengar lonceng berbunyi), kami pun tak sabar untuk bertemu dengannya. Kami bicara panjang lebar. Saat berbincang-bincang, Beliau menasehati saya agar mencari pasangan di UPH saja agar masa depannya baik. Hohohoho.. :D

Bagai sayur tanpa garam, rasanya kurang sedap juga bila kami tidak bertemu guru SMP. Dari kejauhan saya melihat seorang wanita sedang berjalan. Saya langsung berteriak, “Laoshi, ni hao? Haojiu bujian!” Beliau adalah guru bahasa Mandarin kami yang selalu tampil keren dan fashionable meskipun usianya sudah tua. Dikiranya kami datang untuk memberikan undangan pernikahan. Hahaha.. ☺ Selanjutnya kami diajak duduk-duduk di ruang kantor guru SMP. Kami berjumpa dengan Sir Alex, guru bahasa Inggris kami. Beliau ingat dengan teman saya itu dan kenangan yang membekas baginya adalah peran kuntilanak yang dimainkan oleh teman saya itu saat pertunjukkan drama dahulu. FYI, teman saya ini berjiwa art sekali lho (meski nama kami sama, tapi sayangnya saya tidak berjiwa art), dulu dia sering gambar komik, main drama, dan sekarang ini dia aktif menari dan pandai merangkai bunga. Sir Alex adalah guru yang sangat menekankan pentingnya pendidikan. Beliau menasehatkan saya bila ada kesempatan melanjutkan studi di Swiss karena di sana bagus sambil dia mengacungkan jempolnya. Beliau juga menyarankan agar sekalian cari pasangan di sana, hahaha.. saya hanya menjawabnya, “Amin”, dan Beliau membalas, “kok Amin sih? Sadhu!” Hahaha.. :D mungkin Beliau belum tahu kalau saya sudah berpindah agama. ☺ Selain itu saya juga sempat bertemu dengan Bu Cilfia Ojong, KepSek SMP kami, namun hanya sempat berbicara sebentar karena Beliau harus segera masuk kelas dan memberikan ujian.

Arghhh, di tengah-tengah pusingnya saya menentukan topik karya akhir saya (karena yang sudah diajukan ditolak dan saya harus segera menulis lagi yang baru), senang sekali rasanya hari ini berkesempatan mengunjungi sekolah yang kecil, sederhana, namun begitu terasa suasana kekeluargaannya. Sekolah yang menyimpan begitu banyak kenangan. Saya menyaksikan sebuah pengabdian yang begitu besar dan tulus. Dari penjaga sekolah yang telah bekerja 30 tahun juga guru-guru yang telah mengabdi 20-30 tahun. Rumah mereka tidaklah dekat dari tempat mengajar. Contohnya Ibu Yuni Lestari, rumahnya di Pondok Gede, jam 5 pagi sudah harus berangkat dari rumah, tiga sampai empat kali oper kendaraan umum untuk sampai di sekolah, mengajar hingga siang dan baru tiba di rumah sore hari. Dan Beliau melakukan rutinitas ini selama 27 tahun. Wah, saya sangat takjub dengan profesi seorang guru yang begitu setia mengabdi pada sebuah sekolah. Bisa saja dia memilih sekolah yang tidak jauh dari rumahnya, kenapa harus Amitayus? Yha, itulah guru. Adalah sebuah beban dan panggilan yang Tuhan tanamkan dalam hatinya untuk mengajar di SEBUAH tempat. Tak peduli berapa jauhnya, berapa ongkos yang harus dikeluarkan, dan betapa lelahnya sepulang mengajar masih harus menghadapi macetnya kota Jakarta.

Saya sangat senang dan bersyukur boleh bertemu dengan mereka satu per satu. Tak tahu kapan kunjungan berikutnya ke sana dan memberikan undangan pernikahan seperti yang mereka kira maksud kunjungan kami hari ini. Hahahaha.. :D Doakan saja, sekiranya diizinkan berpasangan, saya dan teman saya ini dipersiapkan sebagai "Rut" yang suatu saat nanti akan dipertemukan dengan sang "Boas". Amin. :)

Guru,
Engkau pahlawanku
Engkau berjasa dalam hidupku
Terima kasih.