Bagi pekerja kantoran,
selain hari akhir pekan maka tanggal merah adalah SESUATU. Tak mau kehilangan
kesempatan untuk menyegarkan jiwa dan raga dari kepenatan rutinitas, maka
tanggal 12 Maret 2013 kami “merayakan” tanggal merah nyepi. Ide muncul dua hari
sebelumnya. Teman dekat saya bernama Deborah yang kerap kali kami panggil
dengan sebutan “Aboiiii” ingin berlibur ke Bogor. Di tengah perjalanan di
sebuah mall seusai menonton film dengan alur cerita yang ga jelas (korban
penipuan synopsis dan actor Brad Pitt, so ga selamanya aktor film oke = film
bagus, camkan itu saudara-saudara! =D), saya teringat seorang teman yang
berdomisili di Bogor. Tik ketak ketik chat di BBM, alhasil memperoleh satu nama
tempat wisata yaitu “Curug Cilember”. Sepulangnya dari mall, kami langsung
melakukan technical meeting, alias wawancara
si embah Google.
Meski tanggal 11 Maret
adalah Senin, hari kejepit dan tetep kudu masuk kerja, karena besoknya mau
jalan-jalan, jadi agak sedikit bersemangat kerja deh..hehehee.. Pulang kerja
coba nyari sandal gunung di mall Citraland tapi ga berhasil (derita kaki ukuran
mini). Mau ga mau pake sepatu sport, nyari di rumah ga ketemu karena abis
dipindah-pindahin bekas banjir beberapa bulan lalu. Senjata terakhir pinjem
sama nona Aboi.
Selasa pagi, 03.30 saya
sudah bangun. Siap-siap dan sarapan indomie goreng lalu berangkat ke rumah
Irene, tempat kami berkumpul. Dari sana kami (Irene, Aboi, Acay, Edwin dan
saya) naik taksi ke Stasiun Kota (DHI-Stasiun Kota = Rp 30.000, karena minimum
payment by call, argonya sejatinya Rp 26.000). Cuk kucluk kucluk hampiri loket
beli 5 tiket KA Commuter Line Rp 9.000/tiket. Jadwal keberangkatan seharusnya
yaitu pukul 06.02 tapi kenyataannya kami berangkat pukul 07.26 karena kereta
tujuan Bogor ga dateng2, yang dateng tujuan Depok terusss! Ditambah petugas
yang salah informasi dan tidak sinkronnya petugas PAP dan security dalam KA
sehingga membuat penumpang ragu-ragu antara naik atau turun. Grrr….! Sabar,
sabar.. mau jalan-jalan ga boleh bĂȘte-bete. =D
Lamanya di kereta dari
Jakarta Kota – Bogor sekitar 1 jam 15 menit. Kami tiba di Bogor hampir pukul
09.00. Rencananya mau naik dan oper angkot dua kali dilanjuti dengan ngojek,
tapi karena si bapak angkot mau “menculik” kami dengan mencater angkotnya dan
hasil tawar-menawar dengan Pak Ujip maka dengan harga Rp 105.000 kami diantar
sampai depan pintu masuk Curug Cilember. Pak Ujip juga menawarkan untuk menjemput
pulang nanti. Karena belum pasti maka kami belum mengiyakan dan hanya meminta
nomor teleponnya saja.
Dari stasiun Bogor sampai
Curug Cilember melahap waktu sekitar satu jam lebih. Karena tidak macet,
sekitar pukul 10.30 kami sudah tiba. Perut pun sudah keroncongan minta
diperhatikan. Di depan pintu masuk, ada beberapa kedai makanan. Jadi bagi yang
mau ke Curug, bisa mencharge kalori dulu buat trekking. Nyam nyam nyam,, nasi +
teri kacang + ikan tongkol + kentang balado = Rp 16.000 ^-^
Tiket masuk Rp 13.000/orang.
Di dalam tersedia juga permainan flying fox, yang mau maen biayanya Rp. 20.000/orang.
Tapi kita ga maen sihhh, cuma liatin anak kecil aja. Di sana juga ada Taman
Nasional Kupu-Kupu, biayanya Rp 6.000/orang untuk WNI, dan Rp. “lupa” untuk WNA
(kalo ga salah inget 20rb).
Dari pintu depan ke Curug 7
lamanya sekitar 15 menit. Jadi begini, di Curug Cilember itu ada yang namanya
Curug 7 sampai Curug 1. Curug 7 yang terendah dan Curug 1 yang tertinggi.
Semakin tinggi, medan trekkingnya juga semakin sulit. Di Curug 7 terlalu padat
wisatawannya. Kami hanya main sebentar dan mengambil foto.
Curug 7 |
Dilanjutkan ke Curug 5,
karena Curug 6 tidak bisa dilewati (hasil googling dan memang pas disana
signage-nya mengarahkan wisatawan ke curug 5). Dari Curug 7 ke Curug 5 juga
sekitar 15 menit. Disini tidak sepadat Curug 7, agak mendingan sedikit.
Curug 5 |
Nah dekat curug 5 ini ada
warung. Yah nona Aboiii kelaperan lagi, dia makan pop mie dan sebagai teman
yang baik gue temenin dia makan deh (boonk dehhh, padahal ngiler and laper mata
aja sebenernya, hahahaaaa). Pop mie = Rp 7.000
Ini warungnya... |
Perjalanan pun dilanjutkan
ke Curug 4. Makin naik medannya makin susah, engos-engosannn booo! Dan semakin
naik akhirnya bukan tiba di Curug 4 tapi di Curug 2. Capeknya bukan main, tapi
semuanya itu terbayar lunas, tunai dan sah di tempat begitu ngeliat air
terjunnya, ngerasain angin dan air. Dinginnya sampe tangan kami tampak seperti
kulit ayam karena menggigil kedinginan. Karena udah susah payah sampe sana dan
mau ngerasain fantasi di bawah air terjun langsung, saya bela-belain copotin
softlen dan menuju ke bawah air terjun. Wowww.. disana kita ga bisa buka mata
dan ngeliat ke depan, cuma bisa nunduk dan membiarkan debit air terjun
menghantam tubuh kita, agak sakit sihhh, tapi seruuu bangetttttttt! ^____^
Curug 2 |
Selesai bermain agak lama
disana (dibandingkan di Curug 7 dan 5 karena Curug 2 cenderung lebih sedikit
wisatawannya dan lebih indah), kami turun kembali ke Curug 5. Perjalanan turun
lebih sulit dan mengerikan daripada naik. Karena lahan yang curam dan licin, kalo
ga hati-hati bisa terpeleset dan ngeguling ke bawah. Ini beneran kaga lebay.
Karena ada satu cewe hampir aja jatuh dan untungnya ada temannya yang menopang
cewe itu. Kalo ga mungkin dia udah jatuh kepalanya kena batu di bawah dan
ngeguling ke bawah. Serem abis ngeliat adegan itu. Abis itu jadi lebih
hati-hati lagi pas turun, menapaki tanah dengan benar dan pastiin kalo ga
licin. Hampir sudah mau sampai, langit tampak gelap sekali. Dan gak lama kami
tiba di pos warung dekat Curug 5, byarrrrrrrrr.. hujan turun. Banyak orang
berteduh di warung itu dan pesen indomie sampe ngantri-ngantri. Saat itu hujan
menjadi berkah pemasukan bagi pengelola warung, tapi menjadi kesulitan bagi
wisatawan yang tengah turun dari Curug 2 ke 5. Bayangkan saja kalo ga hujan aja
uda licin apalagi ditambah hujan. Bersyukur banget kita tiba sesaat sebelum
hujan turun.
Sembari menunggu hujan reda,
pesan indomie juga deh akhirnya. Dan o yeahhh, hari ini udah makan mie instan
3x dalam sehari. Gak mau makan mie lagi untuk jangka waktu 1-2 minggu ke depan.
Di sana bertemu dengan temannya Edwin dan akhirnya kami ikut mobil temannya
alias nebeng sampe stasiun Bogor. Cuk kucluk kucluk ke loket beli tiket dan
lihat jadwal kereta.
Berhubung masih ada waktu,
dipake untuk kuliner di Bogor. Kita naik angkot Rp. 2.000/orang ke rumah makan
Soto Mie Bogor. Karena masih kenyang jadinya ga makan lagi, cuma teman-teman
aja yang kuliner. Kembali ke stasiun bogor lagi naik angkot dan ini memakan
waktu sekitar 2 jam karena macet parah.
Angkot dari yang ada penumpang lain sampe tinggal kita berlima, serasa angkot
pribadi. Foto-foto pula sampe diliatin pengendara motor.. hahaha..
like a boss! ^^ |
Sampe di
stasiun pas sekali dengan keberangkatan kereta ke Manggarai yaitu jam 8 malam. Jadinya
kami naik meski tujuan kami adalah Jakarta Kota. Kalau harus menunggu lagi
tujuan langsung Bogor-Jakarta Kota yang mana jam 9 malam, harus menunggu lagi
satu jam. Transit di Manggarai dan menunggu kereta yang ke arah Kota, ga
terlalu lama untungnya. Dari Kota naik taksi lagi ke DHI, rumah Irene.. dan
abang taksinya ga mau pake argo melainkan borongan dan malah dikasih harga
murah, ga biasanya. Kami di-charge Rp 20.000 saja.
Sesampainya di rumah Irene,
saya berpikir betapa perjalanan kali ini disertai banget sama Tuhan.
Pertama, waktu turun ke
Curug 5 gak kehujanan dan selamat meski susah dan licin.
liat tuh medannya x_x |
Kedua, dari total
pengeluaran yang relatif murah, bayangkan kami seorang hanya terkena Rp.
66.000/orang exclude makan. Perjalanan kami kali ini ada bendaharanya lho, yang
dijabat oleh nona Aboi. Jadi kami mengeluarkan Rp 100.000/orang di awal yang
uangnya akan dipakai untuk segala keperluan yang sifatnya bersama yaitu bayar
taksi, tiket, angkutan. Hanya makan saja kami memakai uang pribadi sendiri.
Ketiga, bertemu jemaat
gereja cabang yang bersedia nganterin kita sampe stasiun Bogor, kalau gak kita
kudu cari cara gimana turun ke Bogor. Karena dari Curug Cilember ke bawah
tempat bisa naik angkot atau kendaraan umum cukup jauh. Juga medan yang sulit
ditempuh tapi kami tidak kekurangan suatu apa pun, selamat sehat sentosa sampai
di Jakarta. Cuma lutut aja yang ngilu-ngilu. Sesampainya di
rumah dan habis mandi langsung pake krim counterpain and it really really
counter my pain away ^0^ besokannya lutut udah biasa-biasa aja dan badan juga
ga capek sedikit pun. Ajaib dan heran, tapi bersyukur banget banget banget.
We are young!!! ^o^ |
Last, but not least..
Good
trip with good friends through His blessing along the way.
Thanks, Lord! =)
-YoeL-
No comments:
Post a Comment