Dua hari ini saya bersama dengan dosen saya yaitu Pak Budi dan ditemani kedua teman dekat saya yaitu Alfin dan William mengunjungi Pulau Seribu untuk keperluan survey proyek karya akhir studi saya (SKB/Studi Kelayakan Bisnis). Sebelumnya saya perkenalkan terlebih dahulu. Pak Budi adalah dosen yang saya kagumi oleh karena kepeduliannya terhadap lingkungan. Beliau merupakan orang yang membuat saya melek akan betapa pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Beliau memiliki hati yang penolong, tidak egois dan hidupnya bukan untuk memperkaya dirinya sendiri melainkan untuk memperkaya hidup orang lain dan inilah arti kaya yang sesungguhnya. Saya angkat topi untuk hati seorang Pak Budi. Bersyukur saya mengenalnya, pernah diajar olehnya satu semester dan kini Beliau bersedia membimbing proyek akhir saya atas permintaan saya secara pribadi kepadanya. Nah, mengenai A&W alias Alfin dan William, mereka berdua adalah dua orang teman yang care dengan saya sekaligus dua orang teman yang paling sering membuli-buli saya. :)
*Tuhan, ampunilah mereka karena mereka tak tahu apa yang mereka perbuat :D
Tulisan ini akan tampak tidak nyambung antar paragrafnya, karena saya hanya ingin berbagi cerita yang berkesan di hatiku.
And here is the story, enjoy.. :)
Di sana kegiatan utama saya yaitu melakukan brainstorming dengan Pak Budi dan mewawancarai Pak Untung selaku pengelola villa Delima di Pulau Pramuka. Selain itu kami mengunjungi Pulau Air, Pulau Semak Daun, tambak ikan, makan bersama di Nusa Resto (sambil menonton berita gempa tsunami di Jepang), dan sisanya kami habiskan dengan berbincang-bincang, dari membicarakan hal yang serius sampai guyonan.
Sesaat sebelum brainstorming, Pak Budi mengambil foto orang-orang yang kerja di pelabuhan pada siang hari. Lalu ia menunjukkannya pada saya dan mengatakan bahwa ia sangat menyukai foto yang demikian. Katanya foto tersebut memprotetkan manusia yang melakukan kerja yang sesungguhnya. Mengapa? Karena mereka murni bekerja benar-benar demi bisa makan dan bertahan hidup. Kagum. Terharu. Itu yang saya rasakan ketika melihat foto tsb dan mendengarkan penjelasan Pak Budi.
Kemudian di tengah pembicaraan tentang ekowisata, saya bertanya sambil tersenyum =) , "Pak, Bapak koq bisa optimis sih kalo apa yang Bapak lakukan itu akan berdampak, meski hasilnya itu ga akan terlihat langsung dan sebenarnya butuh dikerjakan secara massal, memang sih ada semboyan yang bilang 'kalo bukan kita, siapa lagi'?" Sebelum saya menyelesaikan pertanyaan tersebut, Beliau sudah menjawab terlebih dahulu, katanya "Optimis!" Saya sangat salut dengan dosen saya yang satu ini. Terlalu panjang untuk diceritakan hal-hal dari dirinya yang membuat saya kagum pada Beliau. :)
Jam menunjukkan pukul 01.00 pagi. Kruyuk kruyuk. Perut teman saya lapar. Kami pun pergi mencari tempat apapun yang masih menjual makanan. Tibalah kami di sebuah warung dan A&W pun makan indomie goreng. *mau di rumah, mau ke luar kota, mau ke luar negri, mau ke pulau, selalu indomie menjadi sahabat di kala luafaaarr.. dan apapun makanannya minumnya teh botol sosro yhaa... :p (jasjus dehhh... :D) Ketika hendak kembali ke penginapan, kami melihat ada yang memancing dan mendapatkan cumi. Kami pun berhenti sejenak. Saat itu saya menatap ke langit. Bulan sabit. Bintang-bintang. Oh, indahnya... Senang rasanya melihat bintang. Jarang-jarang saya bisa melihat bintang di kota Jakarta.
~Bila ku lihat bintang gemerlapan dan bunyi guruh riuh ku dengar, ya Tuhanku tak putus aku heran, melihat ciptaan-Mu yang besar, maka jiwaku pun memuji-Mu, sungguh besar Kau Allah-ku, maka jiwaku pun memuji-Mu, sungguh besar Kau Allah-ku~
Di suatu pagi yang sejuk, di bawah pepohonan yang rindang, kami sarapan dan berbincang-bincang. Saya mencatat beberapa hal dari perkataannya di MemoPad telepon genggam saya karena takut lupa. Ketika membicarakan tentang petani di pedalaman yang makan dari alam dan penghasilan sebulan hanya 80 ribu rupiah dan masalah kemiskinan yang terjadi, tiba-tiba Pak Budi mengeluarkan sebuah peribahasa, "Dimana ada ketidaksuburan, di sana ada kesuburan." Saya kurang mengerti dan Beliau menjelaskan, katanya di tanah yang kering sekalipun, di dalamnya terdapat mineral. Beliau memberi contoh bahwa di daerah Banten Selatan dari Halimun, gunung pongkor ke Barat sampai Cibaliung, di dalam kawasan tandus ini terdapat emas. Yang saya tangkap, poin yang Beliau mau sampaikan adalah bahwa tidak ada yang tidak bisa digali dan tidak bisa dikembangkan, bahkan dari 'area' yang kita lihat sulit untuk dilaksanakan atau mungkin mustahil. *CMIIW, Pak.. :)* Pak Budi juga berkata bahwa dalam 100-200 tahun ke depan, Indonesia tidak akan habis, meski banyak koruptor, yang penting kita harus working hard, pelihara hati nurani, dan jangan punya keinginan hanya untuk memperkaya diri sendiri.
Ketika saya membaca sebuah kalimat dalam buku yang dikeluarkan oleh Terangi, "A little help from everyone goes a long way," saya berkata pada Pak Budi, "Kalimat ini Bapak banget nih... =) "
Kemudian, ketika berbicara mengenai diving, saya sempat berpikir bahwa Tuhan menciptakan manusia begitu ajaib. Manusia hidup di darat. Manusia dapat menyelam ke dalam laut. Manusia bisa berada di ruang hampa udara. Ajaib memang karya-Nya. Kita memang ciptaan-Nya yang terindah.
Saat hendak pulang, ternyata ada masalah dengan transportasi yang mau kami naiki sehingga kami harus naik perahu speedboat. Ahhhhh senang sekali rasanya ketika duduk di atas speedboat dan menikmati pemandangan laut dengan hembusan angin yang begitu kencangnya. Ini pertama kalinya saya naik speedboat. What a beautiful scenery! Will be an unforgettable moment for me. Thanks God for this opportunity.
Last, but not least, a lot of thanks from the deepest of my heart to:
My Great God, Jesus Christ. Thanks, Lord.
Mr. Budi
Mr. Untung
Tuan Muda Alfin :p
Mr. Kutilang :p
No comments:
Post a Comment